Selasa, 31 Agustus 2010

brain vs heart

bagaimana cara nya kita tahu apa yang kita inginkan?
bagaimana kita tahu bahwa masa depan kita terjamin?
bagaimana kita tahu bahwa kita tidak akan menyesal di kemudian hari?
bagaimana kalau semua yang sudah di jalani hanya sia-sia?

pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di kepala saya. tatapan saudara dan orang tua yang sepertinya begitu besar ekspektasi nya terhadap diri saya. mereka mengira saya bisa menjadi seorang dokter gigi. tapi, kenyataan nya, saya sama sekali tidak merasa begitu.

saya coba flashback ke masa-masa kelas 3 sma dimana saya dengan otak pas-pas an ternyata berhasil masuk fakultas kedokteran gigi ugm. tentu saya senang, sangat senang, di saat teman-teman saya yang lebih pintar dari saya belum tahu akan kuliah dimana, saya sudah diterima. sesaat ada perasaan menang. mungkin arogansi.

dan hari ini, setelah 5 semester saya lalui di kampus fkg, saya masih merasa belum yakin apa yang sebenarnya saya ingin kan. otak dan hati saya masih berselisih. kalau ada yang pernah menonton 3 idiots, mungkin posisi saya mirip dengan farhan. tapi sayang itu hanya film, yang menurut saya susah untuk di realisasikan di dunia nyata.

hari ini, saya kembali menjalani rutinitas, rutinitas bermain dan berpikir. rutinitas mendengar dan menyaksikan peperangan antara logika dan perasaan.

we just don't do things normally

kemarin malam, seperti biasa, kami punya perasaan yang sama. dan selalu sama. pengen jalan-jalaaaan. mereka, emang temen-temen paling gila, nyebelin, ngangenin, dan muka nya pada kaya sempak. haha. they are just best. kita udah sering banget jalan-jalan nggak jelas dengan kantong pas-pas an, sok mau jadi turis.haha. dan karena ada mereka, begitu gue akan pergi ke jogja, gue akan menyebutnya 'pulang' . lahir di jakarta dan tinggal disana selama 17 tahun sebelum pindah jadi anak kost ke jogja untuk kuliah, nggak mengurangi rasa homey nya jogja buat gue. baru tinggal disini 2 tahun, dan gue sudah merasa ini adalah rumah gue.

mereka bukan teman yang sempurna, begitu juga gue, yang tentu aja bukan teman yang sempurna buat mereka. tapi kita tetep bisa temenan waktu ada yang lagi ngambek, mereka tetep mau jadi temen gue padahal gue nyebelin, dan gue juga tetep merasa mereka temen yang baik banget padahal waktu itu mereka kelakuannya lagi sialan. itu semua udah cukup. karena gue tau, gue ngerti, kita, temenan nggak pake syarat.

pernah, suatu waktu kita pergi ke candi borobudur. dan begitu udah sampe borobudur, candi nya ternyata tutup. bingung mau kemana, dan waktu itu juga gerimis, kita tiba-tiba mencetuskan ide untuk nginep aja di magelang, padahal waktu itu nggak ada yang bawa baju ganti dan duit cuma ada pas-pas an. akhirnya, kita nyewa satu kamar dan dihuni, berlima. udah kaya sarden di kaleng. tidur empit-empit an. tapi, kebersamaan kaya gitu, nggak bakal gue lupain. ini salah satu foto waktu kita jadi sarden


ini dia orang-orang gila yang bikin hari-hari gue sengsara.haha. manda, tosan, mamet, rizka.


gembel banget deh waktu itu, lepek, nggak ganti baju, muka udah kaya kilang minyak.





kembali ke 'perjalanan' kemarin malam, gue, tosan, mamet, aboy, sama manda pergi ke stasiun. bukan untuk pergi ke luar kota atau apa, tapi untuk......make kursi pijet. kayak nya petugas peron sampe apal karena kita lumayan sering ke stasiun tugu cuma buat nyoba kursi pijet.





ini tim setia kursi pijet stasiun tugu jogjakarta










si tante aboy sampe ketiduran di kursi pijet









pergi ke stasiun cuma untuk sekedar nyoba kursi pijet atau cuma sekedar muter-muter nggak jelas sambil ngobrol ngalor ngidul cuma sebagian kecil dari 'perjalanan' kita. emang kerjaan nya main mulu sih. (kuliah nya kapaaan?) haha. terakhir, kenapa gue bilang mereka muka nya kaya sempak? jawaban nya bisa di lihat di bawah ini:






















we're not crazy, we just don't do things normally.

Minggu, 29 Agustus 2010

absurd


Terima kasih, kepada yogyakarta yang dengan kesederhanaan penduduk aslinya, keragaman budaya nya, dan sisi lain dunia yang di miliki nya, telah membuat saya belajar, tentang menjadi seseorang, yang kemudian merasa bahwa saya memang berasal dari tanah air ini. Betapa kerinduan akan rumah malah menguatkan saya untuk terus terbiasa, mencari sesuatu yang memang menanamkan dasar nya pada bumi, bukan hanya sekedar konstruksi congkak yang memandang rendah pada yang di bawah.
Saya senang, bahwa semua yang terjadi di sini, membuat saya mengerti, bagaimana saya harus bersikap dengan karakter tetap mengalir. Kadang-kadang penyesuaian memang menyakitkan, dan kadang-kadang, perbedaan yang begitu kentara bisa menjadi senjata yang membuat porak poranda pondasi kenyamanan yang telah di bangun. Saya yang hanya sendiri, sekarang mengerti, betapa pendirian, keteguhan, dan prinsip hidup begitu mahal harganya sampai sangat susah untuk tetap di jaga.  
Saya terus bersandar pada panas nya cuaca di yogya. Sampai tiba suatu saat dimana pencapaian itu akan datang membawa senyuman dan kebanggaan sebagai seorang pencari identitas dan haus akan intelektualitas diri. Saya menyenangi keabstrakan yang ada di sini. Saya suka memberontak aturan yang ketat disini, padahal secara tidak sadar saya memang terikat dengan kebiasaan dan adat yang bagi saya cukup menarik untuk di taati, apalagi untuk di tentang.
Tulisan ini menggambarkan betapa abstrak nya saya, sebagai individu kebingungan yang berusaha mengutarakan perasaan. Kata-kata ini memang begitu acak dan saya pun tidak terlalu mengerti apa artinya. Yang jelas, di kota ini, saya mendapat banyak jawaban yang selama ini tidak saya temukan bahkan di kota yang kata nya pusat dari segalanya. Saya bosan melihat bangunan penggusur rakyat miskin. Saya bosan melihat asap seperti air di musim hujan. Tapi, itu lah rumah saya. Dan yogya, adalah kota paling pas untuk melarikan diri dari kebisingan metropolis yang mendidik sebagian warga nya menjadi lebih sombong.
Saya beruntung rumah saya berada di pinggir kota. Saya beruntung menjadi saya yang sekarang, yang kurang gaul, yang kurang kaya, dan kurang cantik. Bukan merupakan suatu pesimisme. Tapi bersyukur, saya masih sadar bahwa ukuran yang pasti hanya ada di pelajaran eksakta. Dan tidak ada dalam suatu sistem yang dinamakan kehidupan karena manusia begitu jauh ekspektasi nya. Di sini, di kota ini, yogyakarta, saya sadar bahwa hidup seperti yang di gambarkan di film kadang ada benar nya. Bahwa lirik-lirik lagu dan peribahasa yang dulu saya  kira hanya hadir sebagai penghias sastra, memang ada kenyataan nya.
Jadi, mulai sekarang, saya akan terus belajar untuk menjadi seseorang yang berada di tengah-tengah kehidupan yang plural. Belajar menjadi pembawa perubahan yang mendobrak sistem. Belajar agar bisa mengambil pelajaran dari apa yang pernah terjadi. Proses ini, saya yakin tidak akan berhenti sampai saya mati. Karena itu, saya mau terus mencari apa yang disebut ”kehidupan”. Bukan mengukur kemakmuran, tetapi mencari kenyamanan saya sebagai seorang individu di tengah begitu banyak indivdu berpengaruh di pikiran saya.
Yogyakarta, 27 maret 2010


(inch©2010)

Hotel Paling Keren Se-Dunia

barusan nemu ada hotel paling keren di dunia. nama nya .....

bayangin pegawai hotel nya, mungkin roomboy nya nanti kaya gini
terus kalo mau mesen kamar,
pemesan kamar (pk) : mba, saya mau pesan kamar untuk satu malam
resepsionis : oke deh kakak, bentaran eeaa, gua liat dulu ada apa kagak..wkwkwkwkwk
pk : baik mba, saya pesan kmar yang paling bagus ya
resepsionis : cieeee, tajir neh ceritanya, bentar yak, xixixixixi...

pas mau makan malem, pk ke restoran di hotel alay, begitu liat menu nya :
N@siE goReNk 94uLz..............cEbHan aJah
Ez t3h MaNi3z...........................seCeNg jjA bOus

TIDAAAAAKKKKK
bayangkan bagaimana nasib pk menginap di hotel itu.
tragis.

Sabtu, 28 Agustus 2010

foto,motret,kamera,tustel

Akhir-akhir ini, gue lagi seneng banget motret. Pergi kemanapun bawa kamera. Ke pantai, ke taman safari, lagi longmarch, lagi makan, lagi tidur (?) , bawaan nya pengen foto terus.

KITAB

kenapa tjilpatjastra ?
kata Tjilpatjastra itu adalah bahasa sansekerta yang berarti kitab seni. Jadi, blog ini mungkin buat saya adalah sebuah kitab digital yang saya create untuk sekedar menulis pikiran-pikiran absurd saya. Pikiran-pikiran yang saya sendiri sebenarnya kurang tahu apa maksudnya. Hidup. mungkin itu yang berusaha saya tulis. Don't take it too serious. My only job in this life is laugh. So, just read, breathe, and enjoy