Sabtu, 25 Desember 2010

blah

Touche!

Come on. You're not that good. Go show people how good you are. It's not shocking many peoples hate you. I try too many times. Patient to be your friend. With your mood swinging, your dissapearing act, your brain, and what you have in mind. Maybe it's just a phase when I'm tired to be your friend. Well, I hope it's not forever. So, see you whenever I'm ready to be patient again. 

Rabu, 15 Desember 2010

(Lagi-lagi) Petualangan Gembel

Seperti biasa, malem itu gue, tosan, manda, dan mamet lagi kumpul bareng. Mahasiswa di malam sabtu pasti pengen nya keluyuran. Akhir nya kita beneran keluyuran muter-muter jogja tapi nggak jelas tujuan nya. Makan malem udah, mau pergi ke mall udah mau tutup, mau ke keraton sultan nya udah tidur, mau kayang di tengah jalan tapi ga bisa kayang. Jadi lah akhir nya kita menetap di base camp (baca: rumah manda). Di rumah manda kita cuma tidur-tidur an, nonton tv, pipis, tidur-tidur an lagi. Daaan, mulai lah percakapan yang menjurus : "pengen jalan-jalan nih" "iya, pengen keluar. tapi ngapain? udah malem banget" "semarang yuk?" mulai saling menatap dan memicingkan mata "yuuuuuukkkk" dan itu seinget gue udah jam 11 malem. Tanpa pikir panjang, kita langsung meluncur ke semarang. Malem itu jalanan sepi banget dan mamet nyetir nya udah kaya pembalap F1 *lebay* tapi emang hampir mendekati, karena jogja-magelang cuma di tempuh dalam waktu 15 menit. Perjalanan ke semarang nya memang lewat jalur magelang, dan setelah lewat magelang, mamet mulai sadar kalo temen-temen yang dia bawa belum nikah semua, jadi dia bawa mobil nya agak pelan sedikit. Long story short, kita sampe semarang sekitar jam 3.30 pagi . Kita muter-muter cari hotel yang pas sama kantong biar bisa istirahat sebentar karena kita pada belom tidur. Akhir nya kita nemu hotel yang pas banget untuk tidur yaitu Hotel Pertamina a.k.a Pom Bensin . Gratis, ada toilet, mushola dan minimarket 24 jam. Kebetulan mobil nya kijang, jadi lumayan buat penumpang yang cuma 4 orang. Buka kaca sedikit, senderan di turunin, berdoa, bobo dengan tenang. Pagi nya sekitar jam 7 kita kebangun karena panaaaass. Semarang ternyata panas banget, padahal baru jam 7 pagi. Selain itu dari tadi tukang lemper udah nawar-nawar in dagangan, padahal kita masih merem sambil mangap. Setelah cuci muka, kita pergi keliling semarang dan kita penasaran sama bandara semarang, jadi pergi lah kita ke bandara. Dan di bandara, tidak seperti kebanyakan orang yang ke bandara karena mau naik pesawat, kita ke bandara, karena mau numpang mandi. Abis mandi di bandara, masih dengan baju yang sama, kita menuju ke gereja blendug.

Gereja Blendug (Liat Atap nya)




Disana, dengan sok asik nya, si tosan masuk-masuk ke gereja nya padahal lagi ada kebaktian buat orang-orang tua. Alhasil, diusir.
Setelah dari gereja blendug, kita ke paragon mall untuk makan siang. Disana, kita ketemu anind, temen nya tosan (sebener nya gebetan nya) yang emang orang semarang dan kuliah disana.
si manda konsenterasi penuh ngabisin es teler


Habis makan siang, kita ke sentra oleh-oleh di semarang tempat nya bandeng juwana. Gue baru tau ternyata toko nya bandeng juwana ruuaameee bangeeettt. Jadi ilfil liat antrian nya. Akhir nya kita lebih milih beli lumpia buat oleh-oleh.
Sore nya, kita ke tempat yang nggak boleh di lewat kan kalo ke semarang, yaitu Lawang Sewu ! Awal nya gue sama manda agak ngeri juga masuk situ, apalagi itu lagi hampir-hampir maghrib, jadi udah agak-agak hampir gelap. Tapi, dengan tekat yang kuat, gue dan manda memberanikan diri ikut masuk lawang sewu bareng mamet dan tosan. Begitu masuk, rasa takut gue berganti jadi rasa kagum. Lawang Sewu dalem nya bagus banget! Keren banget arsitek zaman belanda bikin bangunan kaya lawang sewu. Salut!. Pertama, sama guide nya kita langsung diajak ke ruang bawah tanah nya lawang sewu. Tempat ini, biasa nya di pake untuk gudang pas zaman belanda, tapi pas zaman jepang dipake untuk penjara bawah tanah.

Di ruang bawah tanah, harus pake boots karena ada rembesan air tanah. Jadi banyak genangan air



Ini nama nya 'penjara berdiri' . Zaman Jepang, satu kotak ini dipake 10 orang. Sedangkan waktu kita coba, ber 4 aja udah sempit banget! 


 Nah, habis dari penjara bawah tanah, kita mulai menjelajahi lawang sewu nya beneran

Pantesan nama nya lawang sewu. Pintu nya banyak banget
Sunset di lawang sewu.

Beranda nya langsung menghadap ke simpang lima semarang. keren pemandangan nya

Setelah muter-muter lawang sewu yang notabene gede banget, kita jadi pegel-pegel dan mulai laper lagi. Akhir nya kita muter-muter lagi nyari makan malem. Dan pilihan jatuh kepada nasi liwet. Pas mau bayar, kita nyebutin makan pake apa aja, begitu mbak nya nyebutin harga nya, kita langsung shock. Mahal banget! kaya nya si mbak nya main naikin harga aja mentang-mentang kita dari luar semarang. Tapi mau ga mau harus bayar juga dari pada digebukin warga, makan tapi ga bayar. Nasi liwet mahal jadi pemberhentian terakhir kita di semarang sebelum pulang ke jogja. Dengan modal baju yang nempel di badan, dompet, handphone, sama pocket camera, petualangan dadakan malah jadi seru banget! nginep di pom bensin, numpang mandi di bandara, di tipu mbak-mbak nasi liwet, bikin tambah seru jalan-jalan di semarang. Mumpung masih muda dan ada waktu, puas-puas in aja explore tempat-tempat baru yang seru! Ga perlu mahal, yang penting dinikmatin aja, pasti bakal punya satu cerita yang ga bakal di lupain :D

Nonton Softball

Di kampus gue lagi ada kejuaraan olahraga antar fakultas yang mempertandingkan banyak banget cabang olahraga dari yang modern sampai tradisional. Nama ajang nya PORMAGAMA. Salah satu cabang yang dipertandingkan adalah softball. Nah, kebetulan fakultas gue ikut cabang ini, rencana nya cuma iseng-iseng aja, karena memang di fakultas gue ga ada ukm (unit kegiatan mahasiswa) softball. Bermodal latihan cuma 1 minggu dan jiwa nekat yang ber-motto yang penting keringetan dan yang penting happy, kita maju sebagai salah satu peserta.


tos dulu sebelum main

Karena ini termasuk dadakan, jadi tim nya belom punya kostum. Jadi cuma samaan warna aja. Minggu kemarin janjian nya sih pake warna merah, tapi...............

si Izhar pake nya baju pink  -_-
Merah muda sih, tapi kan tapi kan tapi kan tapi kan. Ehm.
Oke. Kembali ke pertandingan. Minggu pagi kemarin gue dan temen-temen gue nonton fakultas gue tanding sambil bawa gendang saman yang ada krincing-krincing nya. Dengan muka masih pada ileran dan belom mandi, kita teriak-teriak udah kaya tukang obat. Semangat di minggu pagi memang luar biasa. Hari senin nya, suara kita pada serak. 

salah satu contoh kongkrit muka bantal
Dengan gemerincing dan tabuhan gendang yang membangkitkan semangat, fakultas gue akhir nya menang dengan skor 8-1 !!! wowww. Entah hoki apa tiba-tiba jago. Jadi dengan hasil ini, dan pertandingan-pertandingan sebelum nya, kita bisa maju ke babak 4 besar. Banyak yang bilang begginer's luck. Tapi gue bilang : biarin, yang penting menang :p

 seperti dalam telenovela yang udah selesai cerita nya maka akhir kata, gue ucapkan......

~FIN

Minggu, 07 November 2010

Pelajaran dari Sawangan

Minggu, 31 Oktober 2010 kemarin, gue dan temen-temen gue dapet pelajaran yang berharga banget tentang : Bersyukur . Hari minggu itu, kami pergi ke tempat pengungsian merapi di daerah Sawangan, Magelang. Melihat anak-anak kecil di pengungsian yang masih bisa senyum dan ketawa riang, bikin gue jadi malu sendiri, mereka, yang lagi dikasih cobaan seberat itu, masih tetap bisa bersyukur dan lapang dada nerima semua nya. Masih berusaha tegar dan senyum. Semoga senyuman itu nggak akan hilang, dan akan terus mengembang di wajah anak-anak harapan bangsa itu :)


mereka semangat banget waktu kami ajak main games :)



senyum yang memberikan kami pelajaran yang sangat berharga

Senin, 27 September 2010

Life Happens

Orang-orang hebat yang bisa mengubah kejadian hidup menjadi rangkaian kata, menggabungkan kalimat menjadi cerita, dan membuat orang yang membaca menganggukan kepala, mungkin tidak menyangka apa yang mereka karya kan, akan menjadi penghias sastra. Gue adalah orang yang seneng baca-baca quotes. Love quotes, life quotes, dan quotes quotes yang lain adalah salah satu hal yang mengagumkan menurut gue. Agak lebay ya? tapi keren aja, ada orang yang bisa bikin kalimat atau cerita yang bisa bikin orang manggut-manggut sambil mikir "iya juga ya?" atau malah bikin orang senyum-senyum sendiri . Di bawah ini gue cantumin beberapa quotes yang bagus menurut gue :

"the longest 5 minutes in the world is the last 5 minutes of a lecture, while the shortest 5 minutes in the world is the last 5 minutes of an exam." -Karl Newel

"We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly." - Sam Keen, from To Love and Be Loved

"Meeting you was fate, becoming your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control." - Unknown

Someday your prince charming will come. Mine just took a wrong turn, got lost, and is too stubborn to ask for directions. - Unknown

If I could be any part of you, I’d be your tears. To be conceived in your heart, born in your eyes, live on your cheeks, and die on your lips.- Unknown


When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a thousand reasons to smile. 
- Unknown

Never tell your problems to anyone...20% don't care and the other 80% are glad you have them
 - Lou Holtz

if you cant get someone off your mind they are probably supposed to be there - unknown


There are three types of people in this world: those who make things happen, those who watch things happen and those who wonder what happened.

- Mary Kay Ash

A stranger stabs you in the front; a friend stabs you in the back; a boyfriend stabs you in the heart, but best friends only poke each other with straws.

- Unknown

Nobody is worth your tears, and the one who is won't make you cry.

- Unknown

Watch your thoughts; they become words.

Watch your words; they become actions.

Watch your actions; they become habits.

Watch your habits; they become character.

Watch your character; it becomes your destiny.


- - Frank Outlaw
  
Daaan, masih banyak lagi quotes-quotes yang lain yang juga bagus. Apa yang ada di quotes-quotes itu memang terjadi di hidup. Life. When the mouth starts speaking, the eye starts looking, and the body starts moving, quotes was born. In life. Yeah, Life Happens.

Sabtu, 04 September 2010

I ♥ John Mayer



Lightning strikes
Inside, my chest to keep me up at night
Dream of ways
To make you understand my pain

Clouds of sulfur in the air
Bombs are falling everywhere
It's heartbreak warfare
Once you want it to begin,
No one really ever wins
In heartbreak warfare

If you want more love,
why don't you say so?
If you want more love,
why don't you say so?

Drop his name
Push it in and twist the knife again
Watch my face
As I pretend to feel no pain

Clouds of sulfur in the air
Bombs are falling everywhere
It's heartbreak warfare
Once you want it to begin,
No one really ever wins
In heartbreak warfare.

If you want more love,
why don't you say so?
If you want more love,
why don't you say so?

Just say so...

How come the only way to know how high you get me
is to see how far I fall
God only knows how much I'd love you if you let me
but I can't break through at all.

It's a heartbreak...

I don't care if we don't sleep at all tonight
Let's just fix this whole thing now
I swear to God we're gonna get it right
If you lay your weapon down
Red wine and ambien
You're talking *shit* again, it's heartbreak warfare
Good to know it's all a game
Disappointment has a name, it's heartbreak, heartbreak.

It's heartbreak warfare.
It's heartbreak warfare.
It's heartbreak warfare.

This unconditional situation

Kemarin saya juga melihat pria itu duduk di tempat produktif nya.

Beberapa hari yang lalu, kami bertatapan hanya sepersekian detik.

Saat ini, dia lewat di depan mata, dan saya hanya bisa berdebar.

Kurang lebih dua tahun.

Dia tidak pernah tahu.

Besok, semoga ada orang yang mengerti.

Kembali dalam lamunan saya, dia menjadi sangat sibuk.

Kembali dalam hati saya, dia beristirahat.

Kembali dalam diri saya, dia ternyata tidak ada.


Rabu, 01 September 2010

my top 3

#1 "3 idiots"




#2 "everybody's fine" --> this movie made me cry a lot



#3 "500 days of summer"

mereka = kita

Setiap makan di warung tenda pinggir jalan, pasti nggak jarang ada waria yang ngamen. Kadang gue mikir, mereka adalah orang-orang dengan mental yang paling kuat. Mereka biasa di cemooh orang-orang, mereka biasa tidak di anggap memiliki hak yang sama, bahkan mungkin mereka sering di anggap bukan manusia. Terlepas dari hukum agama atau apa, tapi secara sosial, menurut gue, kita nggak berhak untuk menghakimi mereka dengan membedakan hak mereka. Untuk urusan dosa biar aja jadi urusan mereka sama Tuhan.

ini ada kisah yang menurut gue cukup inspiratif, gue ambil dari http://anwariksono.wordpress.com/2008/01/02/kisah-seorang-waria/ 



(hasil wawancara dengan Yuni Shara… Aktivis waria yang tinggal di Jogja… Bagi yang ingin contact dengan YS, bisa menghubungi saya. Saya juga telah membuat film dokumenter tentang dirinya…)



Pagi itu seperti biasa aku menjalani rutinitasku. Tak banyak yang bisa ku ceritakan. Aku hanyalah seorang waria biasa yang hidup dengan segala keterbatasan yang ku miliki. Menjadi waria bukanlah pilihan hidupku. Entah kenapa aku dengan fisik laki-laki ini justru memiliki naluri kewanitaan. Aku lahir 39 tahun silam di Yogyakarta tepatnya 2 Oktober 1967. Orangtuaku, Soebawal dan Soediyah memberiku nama Heru Baskoro. Aku anak ke 8 dari 9 bersaudara. Ayahku seorang pensiunan ABRI sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Meskipun ayah orang militer aku tidak pernah dididik secara keras. Sampai akhirnya ayah meninggal di tahun 1994, beliau belum pernah sekalipun memukulku. Itu bukti bahwa ayah tidak melakukan pembelajaran dengan cara kekerasan. Kami anak-anaknya selalu diberi kebebasan untuk melangkah sendiri, sedangkan ayah dan ibu cukup memantau dan mengawasi kami.

Naluri dan jiwa wanita sudah terlihat sejak aku kecil. Lihatlah ketika aku difoto, aku selalu bergaya seperti perempuan. Aku pun lebih akrab dengan saudara perempuan dibanding saudara laki-laki. Aku lebih menyukai dan menikmati permainan perempuan seperti boneka, yeye dan pasar-pasaran daripada bermain bola seperti yang dilakukan oleh teman-teman laki-laki sebayaku. Aku merasa nyaman ketika bermain dengan anak-anak perempuan.

Sewaktu aku belum sekolah pun, teman-teman sudah banyak yang melihat keganjilan pada diriku. Mungkin mereka melihatnya dari gelagat, sikap, perilaku dan cara berbicaraku yang seperti perempuan sehingga mereka sering menyebut aku wandu istilah Jawa untuk menyebut waria, yang sekarang lebih popular dengan sebutan banci. Tapi aku tidak malu ataupun minder dengan sebutan itu, toh memang keadaanku seperti itu. Bahkan aku bangga karena aku memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki siswa lain, diantaranya aku kerap menjuarai lomba masak, aku juga sering diutus mewakili sekolah dalam lomba nyanyi.

Beranjak kelas 3 SD aku mulai menyukai lawan jenis, waktu itu aku menyukai mahasiswa yang kos dikampungku. Entah kenapa aku senang melihat wajahnya, melihat figurnya. Tentu saja aku hanya melihatnya dari jauh tidak mengutarakan isi hatiku padanya. Duduk di bangku SMP, aku sudah berani menunjukkan identitasku. “Ya inilah aku kok kenapa tidak.” Naik SMA aku sudah mulai berani menggunakan pernak-pernik perempuan seperti gelang, cincin dan kalung. Bahkan aku dibilang seperti Renny Djajusman. Selama SMA itulah gaya dan penampilanku tak bisa kututup-tutupi lagi. Setiap hari sebelum berangkat sekolah, aku selalu menggunakan handbody dan bedak tipis. Pakaianku pun kusetrika dengan sangat rapi, berbeda sekali dengan penampilan siswa putra pada umumnya. Waktu itu bisa dibilang aku siswa paling popular satu sekolah. Selain populer karena keunikanku, aku juga dikenal karena aku masih sering mengharumkan nama sekolah dalam lomba-lomba nyanyi.

Setelah lulus SMA aku memutuskan untuk pergi dari rumah. Aku butuh waktu untuk merenungi siapa diriku yang sebenarnya. Aku hijrah ke Jakarta tahun 1988. Awalnya aku berencana untuk kuliah, namun ketika tiba di Jakarta niat tersebut kuurungkan, karena aku menemukan duniaku. Aku masuk dalam komunitas gay dan menemukan keasyikan dengan teman-teman senasib karena pada dasarnya orientasi kami sama. Di Jakarta pula aku sempat bekerja menjadi operator dan sales produk rumah tangga.

Tahun 1994 aku mengadu nasib di kota Lampung. Aku sempat bekerja di Departemen Transmigrasi dan di salon. Tak betah disana aku pergi ke Solo dan bekerja sebagai buruh tekstil. Tak sampai satu tahun aku kembali ke rumahku di Jogja. Aku kembali bergaul dengan komunitas gay yang saat itu berlokasi di Alun-Alun Utara.

Pada tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang waria bernama Carla. Carla mengajakku berdandan karena dengan begitu aku akan lebih mudah menarik simpati lelaki. Pada usia 27 tahun itulah aku pertama kali berdandan dan saat itu juga aku memutuskan untuk lepas dari orangtuaku. Aku lalu kos di dekat Hotel Melia. Tiap malam aku diajak Carla mejeng ke tempat-tempat lokalisasi waria. Namun aku belum mengkomersilkan diri. Lama-kelamaan karena faktor keuangan akhirnya aku mulai berani melakukan transaksi dalam tiap kencanku.

Yuni Shara. Nama itu sebenarnya hanya kebetulan karena aku suka menyanyi lagu-lagu Yuni Shara yang oldies, karena pas dengan karakter vokalku. Waktu itu aku menyanyikan lagu Hilang Permataku, teman-teman mengatakan bahwa warna suraku persis seperti Yuni Shara. Sejak itu aku pun sering dipanggil Mbak YS oleh teman-teman ataupun lingkungan sekitar tempat tinggalku.

Tahun 1997 aku bertemu seorang laki-laki yang mampu merebut hatiku. Aku tidak tahu apakah ini yang dinamakan cinta pertama, tapi aku benar-benar mengagumi sosok itu, sosok yang kunamakan Arjunaku. Tiap malam ketika bertemu dengannya aku selalu dimabuk cinta. Akhirnya kami sepakat untuk berkomitmen hidup bersama. Walaupun tanpa ikatan yang sah, kami menjalani kehidupan layaknya suami istri. Kami tinggal satu rumah di kontrakanku di daerah Kricak. Saat itulah aku merasakan dunia seorang perempuan karena tiap hari aku berperan sebagai ibu rumah tangga, memasak, mencuci baju, dan menunggu arjunaku pulang kerja.

Tahun 2000 Arjunaku memutuskan untuk menikah dengan seorang perempuan. Aku memang sedih namun aku menghargai keputusannya karena aku sadar dengan posisiku saat itu. Akhirnya ia menikah dan dikaruniai anak. Meski sudah menikah ia tak bisa jauh-jauh dariku, ia mengontrak di dekat kontrakanku bersama dengan istri dan anaknya. Meski begitu kami tetap rukun. Bahkan ketika kontrakannya habis, kami tinggal berempat di kontrakanku. “rasa cemburu, jealous itu pasti ada tapi bagaimana cara kita mengatur dan mengontrol kadar jealous itu sendiri. Aku waktu itu hanya membantu sebisaku.” Hanya tiga bulan mereka hidup bersama denganku, setelah itu mereka pulang ke kampung Arjunaku di Magelang.

Untuk melupakan Arjuna, aku harus mencari kesibukan karena bagiku sulit sekali mengikhlaskan laki-laki yang sangat kucintai. Aku tidak bisa seterusnya merenungi nasibku. Perlahan-lahan aku mulai bangkit.

Seperti biasa malam itu aku mejeng di Stasiun Tugu. Aku melihat beberapa mahasiswa dan relawan membagi-bagikan kondom dan berbagai informasi di tempat lokalisasi. “Lantas aku berpikir, kenapa ya kok mereka care peduli dengan tmn2 ku, kenapa aku sendiri kok gak peduli dengan komunitasku. Lalu aku mencari informasi tentang HIV Aids, melalui brosur-brosur dan buklet. Trus aku maen juga ke PKBI. Lalu aku sempat ngobrol dengan mami Vina, koordinator saat itu dan kebetulan di PKBI sedang membutuhkan volunteer nah aku masuk saat itu dan akhirnya lolos.”

Melihat latar belakangku, aku tidak malu bertanya. Untunglah teman-teman volunteer bersedia membantuku. Aku rajin datang ke kantor dan mengupdate informasi. Aku juga sering mengikuti pelatihan, seminar, workshop, lokakarya, pengayaan yang diadakan baik oleh PKBI maupun lembaga-lembaga luar. Aku selalu mempelajari isu-isu mengenai HIV/Aids. Aku juga sering diminta menjadi pembicara, diundang dalam acara-acara kemanusiaan, siaran radio, televisi dan lain-lain. Intinya aku ingin membuka dan mengembangkan wacana mengenai waria kepada masyarakat. Aku tidak mau berkutat di PKBI tanpa ada pengembangan apapun. Ilmu dan materi yang kudapatkan lantas ku bawa ke lapangan untuk kusharingkan dengan teman-teman waria.

anwar-riksono-yuni-shara.jpgDi PKBI divisi waria dipegang oleh aku, mami Vina, dan Ayi mahasiswi yang juga menjadi volunteer. Ayi lah yang paling akrab denganku. Aku merasa nyaman ketika harus menceritakan masalah-masalahku dnegannya. Tapi sekarang Ayi bekerja di sebuah lembaga diPapua masih menangani isu-isu HIV/Aids. Sejak aktif di PKBI aku pindah kos ke daerah Badran, supaya lebih dekat dengan kantor. Jaraknya juga lebih dekat dengan pangkalan tempat teman-temanku biasa mejeng. Selain itu aku ingin melupakan bayang-bayang Arjuna dikontrakanku yang lama.

Ketika ada pendaftaran menjadi koordinator divisi waria di PKBI aku belum berani mendaftar. Aku mempertimbangkan skillku, aku ingin menguasai permasalahan, karakteristik lapangan dan komunitas dalam waria terlebih dahulu. Ketika masuk PKBI pun aku dengan susahnya harus membangun kepercayaan dalam komunitas. Karena kritikan tajam, kecemburuan, rasa ketidakpuasan dalam komunitas waria sering aku alami.

Ketika akhirnya aku terpilih menjadi koordinator pun aku berusaha menjalankan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya. Aku mencoba memperluas jaringan, aku berusaha untuk menjalin relasi dengan sebanyak-banyaknya orang. Selain sebagai pembicara aku sering diundang nyanyi, MC, siaran, dan presentasi. Tiap satu minggu dua kali aku mengikuti les Bahasa Inggris di tempat Pak RT, aku juga mengajarkan pengenalan huruf aksara, sebuah program belajar bersama, kerjasama dengan beberapa mahasiswa. Dari kegiatan-kegiatanku itulah orang mulai mengenalku, mengenal namaku. Aku memang haus untuk berkegiatan di luar, karena aku ingin terus mencari teman baru.

Jujur saja awalnya aku menyembunyikan identitasku sebagai waria, namun akhirnya toh keluargaku tahu. “Waktu itu ketika pulang ke rumah, ibuku sempat bilang ‘ yo ra popo dadi banci daripada dadi maling..’ secara tidak langsung aku telah mendapat restu dari orangtua.” Sampai sekarang aku selalu menyempatkan diri dua minggu atau sebulan sekali untuk menjenguk ibu dan saudara-saudaraku. Tentu saja aku masih mengingat Tuhan, aku masih menjalankan ibadah sebagai muslimah. Aku memang bukan pribadi yang sempurna tapi aku sangat yakin sekali bahwa Tuhan menyayangiku.

Kehidupan malam sebagai waria rentan dengan kekerasan, baik kekerasan bentuk fisik, sexual, maupun psikis. Apalagi aku ini orang lapangan, yang selalu bergelut dengan orang-orang dengan berbagai karakter. Aku harus bisa mengantisipasi ketika ada razia, ataupun ketika ada laki-laki mabuk yang minta dilayani. Namun itu semua aku anggap sebagai batu sandungan. Aku sudah kenyang sekali dengan kerikil-kerikil itu.

Sudah satu tahun terakhir ini aku jarang mejeng, namun aku masih memonitor kegiatan teman-temanku. Aku juga tidak melakukan transaksi lagi, karena aku ingin mengurangi tingkat pengidap HIV/Aids di Jogja. Beberapa temanku bahkan ada yang positif mengidap HIV/Aids. Aku tidak ingin hal itu terjadi padaku atau pada teman-temanku yang lain.

Saat ini aku sudah memiliki pengganti arjunaku, tempat hatiku bersemayam. Meskipun dia bukan cinta pertamaku tapi aku bahagia menemukannya. “Alhamdullilah dari dua cowok yang menjadi bagian dari hidupku orangnya baik, dan mereka tidak memanfaatkan aku. Kita saling mensupport kelemahan masing-masing.”

Aku sebenarnya takut menghadapi masa depanku, akan seperti apa aku nanti. Akan ada waria-waria yang lebih muda dan cantik, semua itu ada dalam gambaranku. “Tapi berjalan sajalah seperti air. Hidup kita itu seperti wayang yang sudah ada dalangnya, yaitu Tuhan. Hidup itu sudah ada skenarionya. Ibarat kapal kita lah nahkodanya, kita sendiri yang menentukan kemana arah hidup kita.” Aku sudah bisa menerima hidupku, Tuhan Maha Tahu, Maha Segalanya, toh seandainya aku hidup tua pun tanpa harus dandan, aku tetap merasa nyaman menyebut diri waria. Tapi aku tak mau pasrah begitu saja, aku juga punya planning selepas aku dari PKBI ini. Ada beberapa tawaran menjadi volunteer. Tapi ya itu aku butuh waktu untuk mengambil keputusan.

Kalo kata  - Rebbe Nachman of Breslov
" Even if you can't sing well, sing. Sing to yourself. Sing in the privacy of your home. But sing."
Jangan malu jadi diri sendiri, dan jangan pernah men-judge orang lain lebih buruk daripada kita. Keyakinan kita dan keteguhan kita yang bisa membawa kita menjadi sebenarnya.

Selasa, 31 Agustus 2010

brain vs heart

bagaimana cara nya kita tahu apa yang kita inginkan?
bagaimana kita tahu bahwa masa depan kita terjamin?
bagaimana kita tahu bahwa kita tidak akan menyesal di kemudian hari?
bagaimana kalau semua yang sudah di jalani hanya sia-sia?

pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di kepala saya. tatapan saudara dan orang tua yang sepertinya begitu besar ekspektasi nya terhadap diri saya. mereka mengira saya bisa menjadi seorang dokter gigi. tapi, kenyataan nya, saya sama sekali tidak merasa begitu.

saya coba flashback ke masa-masa kelas 3 sma dimana saya dengan otak pas-pas an ternyata berhasil masuk fakultas kedokteran gigi ugm. tentu saya senang, sangat senang, di saat teman-teman saya yang lebih pintar dari saya belum tahu akan kuliah dimana, saya sudah diterima. sesaat ada perasaan menang. mungkin arogansi.

dan hari ini, setelah 5 semester saya lalui di kampus fkg, saya masih merasa belum yakin apa yang sebenarnya saya ingin kan. otak dan hati saya masih berselisih. kalau ada yang pernah menonton 3 idiots, mungkin posisi saya mirip dengan farhan. tapi sayang itu hanya film, yang menurut saya susah untuk di realisasikan di dunia nyata.

hari ini, saya kembali menjalani rutinitas, rutinitas bermain dan berpikir. rutinitas mendengar dan menyaksikan peperangan antara logika dan perasaan.

we just don't do things normally

kemarin malam, seperti biasa, kami punya perasaan yang sama. dan selalu sama. pengen jalan-jalaaaan. mereka, emang temen-temen paling gila, nyebelin, ngangenin, dan muka nya pada kaya sempak. haha. they are just best. kita udah sering banget jalan-jalan nggak jelas dengan kantong pas-pas an, sok mau jadi turis.haha. dan karena ada mereka, begitu gue akan pergi ke jogja, gue akan menyebutnya 'pulang' . lahir di jakarta dan tinggal disana selama 17 tahun sebelum pindah jadi anak kost ke jogja untuk kuliah, nggak mengurangi rasa homey nya jogja buat gue. baru tinggal disini 2 tahun, dan gue sudah merasa ini adalah rumah gue.

mereka bukan teman yang sempurna, begitu juga gue, yang tentu aja bukan teman yang sempurna buat mereka. tapi kita tetep bisa temenan waktu ada yang lagi ngambek, mereka tetep mau jadi temen gue padahal gue nyebelin, dan gue juga tetep merasa mereka temen yang baik banget padahal waktu itu mereka kelakuannya lagi sialan. itu semua udah cukup. karena gue tau, gue ngerti, kita, temenan nggak pake syarat.

pernah, suatu waktu kita pergi ke candi borobudur. dan begitu udah sampe borobudur, candi nya ternyata tutup. bingung mau kemana, dan waktu itu juga gerimis, kita tiba-tiba mencetuskan ide untuk nginep aja di magelang, padahal waktu itu nggak ada yang bawa baju ganti dan duit cuma ada pas-pas an. akhirnya, kita nyewa satu kamar dan dihuni, berlima. udah kaya sarden di kaleng. tidur empit-empit an. tapi, kebersamaan kaya gitu, nggak bakal gue lupain. ini salah satu foto waktu kita jadi sarden


ini dia orang-orang gila yang bikin hari-hari gue sengsara.haha. manda, tosan, mamet, rizka.


gembel banget deh waktu itu, lepek, nggak ganti baju, muka udah kaya kilang minyak.





kembali ke 'perjalanan' kemarin malam, gue, tosan, mamet, aboy, sama manda pergi ke stasiun. bukan untuk pergi ke luar kota atau apa, tapi untuk......make kursi pijet. kayak nya petugas peron sampe apal karena kita lumayan sering ke stasiun tugu cuma buat nyoba kursi pijet.





ini tim setia kursi pijet stasiun tugu jogjakarta










si tante aboy sampe ketiduran di kursi pijet









pergi ke stasiun cuma untuk sekedar nyoba kursi pijet atau cuma sekedar muter-muter nggak jelas sambil ngobrol ngalor ngidul cuma sebagian kecil dari 'perjalanan' kita. emang kerjaan nya main mulu sih. (kuliah nya kapaaan?) haha. terakhir, kenapa gue bilang mereka muka nya kaya sempak? jawaban nya bisa di lihat di bawah ini:






















we're not crazy, we just don't do things normally.

Minggu, 29 Agustus 2010

absurd


Terima kasih, kepada yogyakarta yang dengan kesederhanaan penduduk aslinya, keragaman budaya nya, dan sisi lain dunia yang di miliki nya, telah membuat saya belajar, tentang menjadi seseorang, yang kemudian merasa bahwa saya memang berasal dari tanah air ini. Betapa kerinduan akan rumah malah menguatkan saya untuk terus terbiasa, mencari sesuatu yang memang menanamkan dasar nya pada bumi, bukan hanya sekedar konstruksi congkak yang memandang rendah pada yang di bawah.
Saya senang, bahwa semua yang terjadi di sini, membuat saya mengerti, bagaimana saya harus bersikap dengan karakter tetap mengalir. Kadang-kadang penyesuaian memang menyakitkan, dan kadang-kadang, perbedaan yang begitu kentara bisa menjadi senjata yang membuat porak poranda pondasi kenyamanan yang telah di bangun. Saya yang hanya sendiri, sekarang mengerti, betapa pendirian, keteguhan, dan prinsip hidup begitu mahal harganya sampai sangat susah untuk tetap di jaga.  
Saya terus bersandar pada panas nya cuaca di yogya. Sampai tiba suatu saat dimana pencapaian itu akan datang membawa senyuman dan kebanggaan sebagai seorang pencari identitas dan haus akan intelektualitas diri. Saya menyenangi keabstrakan yang ada di sini. Saya suka memberontak aturan yang ketat disini, padahal secara tidak sadar saya memang terikat dengan kebiasaan dan adat yang bagi saya cukup menarik untuk di taati, apalagi untuk di tentang.
Tulisan ini menggambarkan betapa abstrak nya saya, sebagai individu kebingungan yang berusaha mengutarakan perasaan. Kata-kata ini memang begitu acak dan saya pun tidak terlalu mengerti apa artinya. Yang jelas, di kota ini, saya mendapat banyak jawaban yang selama ini tidak saya temukan bahkan di kota yang kata nya pusat dari segalanya. Saya bosan melihat bangunan penggusur rakyat miskin. Saya bosan melihat asap seperti air di musim hujan. Tapi, itu lah rumah saya. Dan yogya, adalah kota paling pas untuk melarikan diri dari kebisingan metropolis yang mendidik sebagian warga nya menjadi lebih sombong.
Saya beruntung rumah saya berada di pinggir kota. Saya beruntung menjadi saya yang sekarang, yang kurang gaul, yang kurang kaya, dan kurang cantik. Bukan merupakan suatu pesimisme. Tapi bersyukur, saya masih sadar bahwa ukuran yang pasti hanya ada di pelajaran eksakta. Dan tidak ada dalam suatu sistem yang dinamakan kehidupan karena manusia begitu jauh ekspektasi nya. Di sini, di kota ini, yogyakarta, saya sadar bahwa hidup seperti yang di gambarkan di film kadang ada benar nya. Bahwa lirik-lirik lagu dan peribahasa yang dulu saya  kira hanya hadir sebagai penghias sastra, memang ada kenyataan nya.
Jadi, mulai sekarang, saya akan terus belajar untuk menjadi seseorang yang berada di tengah-tengah kehidupan yang plural. Belajar menjadi pembawa perubahan yang mendobrak sistem. Belajar agar bisa mengambil pelajaran dari apa yang pernah terjadi. Proses ini, saya yakin tidak akan berhenti sampai saya mati. Karena itu, saya mau terus mencari apa yang disebut ”kehidupan”. Bukan mengukur kemakmuran, tetapi mencari kenyamanan saya sebagai seorang individu di tengah begitu banyak indivdu berpengaruh di pikiran saya.
Yogyakarta, 27 maret 2010


(inch©2010)

Hotel Paling Keren Se-Dunia

barusan nemu ada hotel paling keren di dunia. nama nya .....

bayangin pegawai hotel nya, mungkin roomboy nya nanti kaya gini
terus kalo mau mesen kamar,
pemesan kamar (pk) : mba, saya mau pesan kamar untuk satu malam
resepsionis : oke deh kakak, bentaran eeaa, gua liat dulu ada apa kagak..wkwkwkwkwk
pk : baik mba, saya pesan kmar yang paling bagus ya
resepsionis : cieeee, tajir neh ceritanya, bentar yak, xixixixixi...

pas mau makan malem, pk ke restoran di hotel alay, begitu liat menu nya :
N@siE goReNk 94uLz..............cEbHan aJah
Ez t3h MaNi3z...........................seCeNg jjA bOus

TIDAAAAAKKKKK
bayangkan bagaimana nasib pk menginap di hotel itu.
tragis.

Sabtu, 28 Agustus 2010

foto,motret,kamera,tustel

Akhir-akhir ini, gue lagi seneng banget motret. Pergi kemanapun bawa kamera. Ke pantai, ke taman safari, lagi longmarch, lagi makan, lagi tidur (?) , bawaan nya pengen foto terus.

KITAB

kenapa tjilpatjastra ?
kata Tjilpatjastra itu adalah bahasa sansekerta yang berarti kitab seni. Jadi, blog ini mungkin buat saya adalah sebuah kitab digital yang saya create untuk sekedar menulis pikiran-pikiran absurd saya. Pikiran-pikiran yang saya sendiri sebenarnya kurang tahu apa maksudnya. Hidup. mungkin itu yang berusaha saya tulis. Don't take it too serious. My only job in this life is laugh. So, just read, breathe, and enjoy